Sejak pengamatan Gordon Moore pada tahun 1965, menegaskan jumlah transistor pada mikroprosesor akan berlipat ganda setiap 2 tahun. Sementara harganya akan turun dan performa serta efisiensi daya akan semakin meningkat. Akan tetapi relevansi Hukum Moore saat ini dipertanyakan karena ukuran transistor terus mengecil, hampir mendekati ukuran sebuah atom membuat manufaktur semakin sulit. Sebagai contoh dilansir Nanoreview pada System on a Chip (SoC) Qualcomm Snapdragon 8 Gen 2 memiliki sekitar 16 miliyar transistor dengan fabrikasi 4 nm.
Fabrikasi dibawah 10 nm merupakan yang paling canggih yang berhasil dibuat hingga saat ini. Pembuatan mikroprosesor dibawah 10 nm merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk produsen mikroprosesor. Salah satunya adalah Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), perusahaan ini milik Pemerintah China yang bergerak di bidang pembuatan semikonduktor. SMIC kesulitan karena Amerika Serikat telah memblokir mesin litografi Extreme Ultraviolet Lithography (EUV) akibat hegemoni amerika sedang digangu oleh china. Hal ini mendapatkan dukungan dari sekutu Amerika sendiri yakni Belanda dengan ASML dan Taiwan dengan TSMC.
Saat ini produk semikonduktor menjadi komoditas yang sangat berharga sehingga dapat memengaruhi geopolitik dunia. Semikonduktor merupakan sebuah komponen yang meiliki sifat konduktivitas listrik yang terletak antara konduktor dan isolator. Dari keunggulan ini membuat perangkat semikonduktor atau mikroprosesor menjadi sangat dibutuhkan dalam pembuatan perangkat elektronik. Perangkat seperti smartphone, laptop, mobil listrik, kamera, televisi dan kulkas membutuhkan perangkat semikonduktor yang cukup banyak untuk bisa beroperasi secara normal. Dalam tahapan yang lebih tinggi microprosesor menjadi teknologi kunci dalam perkembangan kecerdasan buatan. Contohnya pada GPU Nvidia DGX H100 yang digunakan oleh OpenAI untuk menjalankan ChatGPT.
Meskipun China tidak mendapatkan akses mesin EUV, namun melihat kebutuhan dalam negeri China yang sangat besar untuk industrinya. Serta melihat data dari Precedence Research tentang potensi pasar semikonduktor dunia tahun 2034 sebesar US$ 1,2 trilliun (Rp 20 ribu trilliun) ini akan meningkat setiap tahunnya. Untuk mengejar hal ini Pemerintah China terus mendorong pabrikan semikonduktor lokal untuk membuat mesin EUV sendiri. Ini sejalan dengan gabungan dana Research and Development (R&D) dari delapan perusahaan semikonduktor China sebesar US$ 900 juta (Rp 15 trilliun) pada tahun 2024 menurut Center For Strategic & International Studies (CSIS).
Dengan dana R&D yang sangat besar, China memiliki target untuk bisa membuat mesin EUV pada tahun 2026 mendatang. Bukan hal yang mustahil bagi China untuk bisa mencapai target tersebut karena, menurut World Intellectual Property Organization (WIPO) China merupakan negara yang paling banyak mendaftarkan hak paten di dunia. Penemuan baru di China yang sangat banyak mengindikasikan bahwa inovasi terus berkembang pesat. Bukan tidak mungkin China akan memenangkan persaingan semikonduktor dengan Amerika Serikat dengan biaya produksi yang lebih murah.
Komentar
Posting Komentar